Kota Mataram merupakan sebuah kota otonom yang merupakan
ibukota Provinsi Nusatenggara Barat (NTB). Kota Mataram memiliki jumlah
penduduk 423.210 jiwa (tahun 2012) menempati wilayah seluas 61,30 km2, sehingga
kepadatan penduduknya 6.846 jiwa per km2. Kecamatan dengan penduduk paling
banyak dan paling padat ialah Ampenan.
Masalah Sampah Jegal Kota Mataram Raih Adipura
Pemerintah Kota
(Pemkot) Mataram terus berjuang untuk merebut Piala Adipura tahun ini.
Pengelolaan sampah di Kota Mataram masih sulit dilakukan karena rendahnya
kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya.
Salah satu cara mengatasainya
dengan membuat Bank Sampah Masyarakat. Di sana masyarakat dapat menukar
sampahnya dengan uang yang masuk ke buku tabungannya.
“Kebersihan itu
sebagaian daripada iman. Motivasi itu ke sanalah. Orang selalu menganggap bahwa
kebersihan itu, itu menjadi pokok dasar kebutuhan kita bersama. Bersih itu kan
sehat juga.
Seperti diketahui,
sampah yang belum bisa dikendalikan di Kota Mataram hingga 1.221 meter kubik
per hari menjadi salah satu penyebab Piala Adipura belum bisa diraih. Masalah
sampah ini membuat Kota Mataram selama 2 tahun terakhir tidak mendapatkan piala
itu. Padahal Kota Mataram selalu langganan mendapat Adipura selama 9 kali
berturut-turut.
Inilah
6 Program Unggulan Sanitasi Kota Mataram
Sanitasi menjadi perhatian
pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Timur (NTB). Meski sanitasi dianggap
sesuatu yang tidak enak dipandang dan tidak enak dicium karena berurusan dengan
sampah, limbah, dan perilaku BAB sembarangan, urusan ini sangat mulia dan
merupakan pelayanan dasar bagi masyarakat.
"Saya sendiri tidak akan rela
kalau urusan sanitasi ini terus-menerus menjadi masalah," tegas Walikota
Mataram Ahyar Abduh di hadapan peserta City Sanitation Summit XIII di Mataram,
Rabu (18/9).
Tak heran, Kota Mataram pun memacu
pembangunan sektor sanitasi tersebut. Ahyar menjelaskan, pemkot memiliki enam
program unggulan di sektor ini. Program ini telah berjalan dan menunjukkan
hasil yang menggembirakan. Program itu adalah:
1. Gerakan Lisan (Lingkungan dengan
Sampah Nihil).
Ini merupakan program pengelolaan
sampah berbasis masyarakat (Community Based) menuju penguatan kapasitas
masyarakat (Community Capasity Building) dalam bidang pengelolaan sampah
melalui sosialisasi, pelatihan, dan dukungan sarana.
Gerakan ini adalah Rekayasa Sosial
(Social Engineering) dalam bidang pengelolaan (manajemen) persampahan.
Implementasinya berupa barter sampah plastik dengan raskin, sedekah sampah
plastic, pengolahan sampah organic, dan kerajinan berbahan baku sampah plastik.
2. Sanimas (Sanitasi Berbasis
Masyarakat)
Ini merupakan program nasional dalam
peningkatan kualitas lingkungan di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air
limbah yang diperuntukkan bagi kawasan padat kumuh miskin (PAKUMIS) perkotaan
dengan menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Lokasi pelaksanaan Sanimas di Kota
Mataram yaitu di Lingkungan Rungkang Jangkuk Kelurahan Sayang-Sayang Kecamatan
Cakranegara.
Pelaksanaan Sanimas disinkronkan
dengan pelaksanaan sosialisasi PHBS dan pemicuan STBM oleh Dinas Kesehatan
serta pendampingan oleh kader Posyandu serta unsur masyarakat lainnya telah
berhasil mengubah kondisi Lingkungan Rungkang Jangkuk dari wilayah dengan
jumlah masyarakat yang buang air besar sembarangan tertinggi menjadi bebas
buang air besar sembarangan.
3. Jamban Panca Warga
Jamban Panca Warga merupakan Jamban
yang dibangun untuk 5 (lima) keluarga yang berdekatan/bertetangga. Program ini
dapat mengatasi kelemahan pembangunan jamban/WC umum yang ada selama ini karena
tidak membutuhkan lahan yang luas, sehingga cocok untuk daerah perkotaan yang memiliki
keterbatasan lahan akibat tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Program ini
pun lebih menjamin operasional & maintenance (perawatan) fasilitas jamban.
Di Kota Mataram, pembangunan Jamban
Panca Warga dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai bentuk reward kepada warga
yang telah memiliki komitmen untuk merubah perilaku sanitasinya sebagai hasil
kegiatan pemicuan STBM dan soaialisasi PHBS.
4. TPA Sanitary Landfill
Sampah yang berasal dari Kota
Mataram dibuang pada satu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang berlokasi di Desa
Suka Makmur, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, berjarak ± 20 km dari
Kota Mataram yang dikenal dengan sebutan TPA Kebon Kongok. TPA ini luasnya
8,6 ha termasuk sarana dan
prasarananya, dan menggunakan sistem Sanitary Landfill. Kapasitas TPA untuk
penimbunan adalah 297.500 m3. Di waktu mendatang TPA Kebon Kongok akan
diperluas dengan target perluasan lahan dapat mencapai 20 Ha. Selain perluasan
lahan TPA, untuk memperpanjang masa pakai TPA dilakukan dengan program terpadu
yang melibatkan seluruh SKPD dan unsur masyarakat . Seperti pelaksanaan program
3R, LISAN dan Bank Sampah.
5. Bank Sampah
Bank sampah adalah strategi untuk
membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk
mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat
berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 4R sehingga
manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Bank sampah juga dapat dijadikan
solusi untuk mencapai pemukiman yang bersih dan nyaman bagi warganya. Dengan
pola ini maka warga selain menjadi disiplin dalam mengelola sampah juga
mendapatkan tambahan pemasukan dari sampah-sampah yang mereka kumpulkan. Di
Kota Mataram, pelaksanaan Bank Sampah disinergikan dengan pelaksanaan Program
Lisan di Kecamatan Selaparang. Bank Sampah Dikelola oleh Kelompok Kerja (Pokja)
Lingkungan dan Kelompok Kerja (Pokja) Sekolah. Keuntungan yang dipoleh Bank
Sampah akan kembali ke masyarakat selaku customer (nasabah) sekaligus producer.
6. Relawan Kota Mataram
Relawan Kota Mataram merupakan
sebuah kelompok yang terbentuk berdasarkan kesamaan keinginan dan kepedulian
anggotanya untuk mewujudkan Kota Mataram yang bersih dan sehat. Mereka bekerja
secara sukarela tanpa adanya dukungan anggaran dari Pemerintah Kota Mataram.
Kegiatan yang dilakukan antara lain bersama masyarakat bergotong-royong
membersihkan sungai/saluran drainase, melakukan sosialisasi kepada masyarakat,
serta kegiatan lain yang berdimensi penyehatan lingkungan.
Atasi pencemaran
melalui program restorasi kali
Mataram, (Antara Mataram) - Kondisi sejumlah kali di Provinsi
Nusa Tenggara Barat kini semakin memprihatinkan. Saat ini kali sudah berubah
fungsi sebagai "bak sampah". Bahkan menjadi "jamban" tempat
buang air besar.
Kebiasaan sebagian masyarakat yang membuang sampah dan buang
besar di kali itu mengakibatkan terjadi pencemaran. Berdasarkan hasil
pemantauan dan pengujian kualitas air menunjukkan bahwa sejumlah kali di Pulau
Lombok sudah tercemar. Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan Pulau Sumbawa.
Ironisnya air kali yang sudah tercemar itu masih dimanfaatkan
oleh sebagian masyarakat untuk keperluan mandi cuci kakus atau "MCK".
Mereka tidak memahami bahwa air kali yang sudah tercemar itu akan menimbulkan
berbagai penyakit.
Hasil pemantauan dan pengujian kualitas air sungai yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian Provinsi Nusa Tenggara Barat
pada 2012 menunjukkan tingkat pencemaran hampir seluruh sungai di daerah ini
memprihatinkan.
Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) Provinsi
NTB H Syamsul Hidayat Dilaga mengatakan pada 2012 pihaknya melakukan pemantauan
dan pengujian kualitas air di sejumlah sungai yang berada di lintas
kabupaten/kota di daerah ini.
Tahun 2012 BLHP melakukan pemantauan dan pengujian kualitas
air kali kelas II di Pulau Lombok, yakni di Kali Meninting, Ancar, Babak,
Jangkuk dan Kali Dodokan. Pada pemantauan tersebut kita melakukan lima kali
pengambilan sampel.
Di kali Jangkuk yang membelah kota Mataram, yang cukup
menonjol untuk parameter di atas nilai baku mutu adalah indikator bahan-bahan
organik yang ada di sungai adalah, indikator bahan kimia, biologi dan indikator
kandungan Eschericia coli (E-coli).
"Kondisi ini tidak jauh dengan sungai-sungai lain di
Pulau Lombok maupun di Pulau Sumbawa untuk indikator di atas nila baku mutu
Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Deman (COD) dan kandungan
bakteri E-coli.
Menurut dia, untuk Kali Jangkuk dari indikator BOD rata-rata
di atas 10 miligram (mg) per liter, sementara baku mutu 3 mg per liter dan
untuk COD mencapai 50 hingga 70 mg per liter dari nilai baku mutu 25 mg per
liter.
Menurut dia, yang cukup tinggi adalah indikator E-coli yang
mencapai di atas 10.000 per most probable number (mpn) dari standar baku mutu
1000 mpn per liter dan total coliform mencapai 15.000 mpn
per liter.
Ia mengatakan, permasalahan yang muncul berkaitan dengan
sumberdaya air adalah penurunan kualitas air pada beberapa sungai dan sumur,
secara fisik (parameter pH, jumlah zat padat terlarut (TDS) dan daya hantar
listrik (DHL)) sungai-sungai dan sumur yang ada di Provinsi NTB memang masih
dalam kondisi normal.
Namun, katanya, secara kimia dan biologi, bebertapa sungai
dan sumur terindikasi pencemaran berdasarkan kriteria baku mutu kualitas air
sebagaimana diatur dalam PP No. 82/2001.
Menurut dia, parameter kimia yang terindikasi sebagai bahan
pencemar adalah amonium (NH4), pospat (PO4), detergen (MBAS), logam larut
Mangan (Mn), Nitrit ((NO2), Flourida (F) dan Besi (Fe).
Sejumlah kali NTB yang terindikasi pencemaran adalah sungai
Pagesangan di Kota Mataram. Pencemaran kimia di sungai ini telah melampuai baku
mutu air kelas II untuk kadar poapat, detergen, nitrit. BOD yang terukur
disungai ini cukup tinggi berturut-turut 0,24-0,26 mg per liter, 0.04-0,82 mg
per liter, 0,1 mg per liter dan 3,1-5,6 per liter.
Selain itu, Sungai Meninting (Lombok Barat) yang terindikasi
pencemaran detergen dengan kadar 0,08 -0,12 mg per lieter, kadar BOD sebesar
5,9 mg per liter dan sungai ini juga tercemar bakteri e-col.
Sementara Kali Manhal di Lombok Tengah telah melampaui baku
mutu kualitas air kelas II untuk papameter pospat, detergen dan BOD dengan
nilai berturut-turut 0,32 mg per liter, 0.05-0,011 mg per liter dan 3,8-7,9 mg
per liter.
"Seharusnya sungai ini seharusnya kita pelihara dan
lindungi agar tidak tercemar, namun karena ketidaktahuan atau memang perilaku
membuang limbah di sembarang tempat belum bisa dihilangkan hingga sekarang
ini," katanya.
Terjadinya pencemaran sungai tersebut, antara lain karena
sebagian masyarakat masih membuang sampah dan buang air besar di sungai. Mereka
menganggap sungai sebagai "bak sampah", tanpa memikirkan kebersihan
sungai.
Ruang
Terbuka Hijau Atau Mataram Zoo?
mellbao. Tanggal 5 juni kemarin adalah hari lingkungan sedunia,
namun perayaanya tak begitu jelas terdengar atau terlihat. Tapi
setidaknya, hari itu masih teringat juga walaupun oleh sebagian kecil
masyarakat. Dibeberapa kampus misalnya ada juga mahasiswa terutama yang
memang aktif mengurus masalah lingkungan membuat acara kecil-kecilan untuk
memperingatinya. Sekedar membentangkan spanduk, bagikan pamflet atau
membaca puisi lingkungan. Dari pihak swasta, POCARI LOMBOK yang memang
sudah dikenal peduli sekali pada masalah lingkungan juga memeriahkan acara hari
lingkungan sedunia itu dengan melakukan aksi pungut sampah di seputaran taman
sangkareang mataram. Bagaimana dengan Pemkot Mataram? Hari Lingkungan
Sedunia hanya numpang lewat saat dibaca di koran-koran, tidak ada perayaan yang
memang dikhususkan untuk memperingati hari lingkungan itu.
Mataram – Badan
Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
menyatakan kualitas air sungai di Kota Mataram makin parah karena kandungan zat
kimia dan bakteri berbahaya melebihi standar baku.
“Kandungan
bakteri ‘escherichia coli’ (e-coli) di sungai-sungai yang melintasi Kota
Mataram, seperti sungai Jangkok, sudah diambang batas. Kalau dari sisi kimiawi
juga diperkirakan sudah diambang batas,” kata Kepala Balai Laboratorium
Lingkungan, BLHP Provinsi NTB Gatot Soesanto di Mataram, Selasa.
Seusai menjadi
narasumber dalam dialog publik terkait hari Lingkungan Hidup Sedunia, ia
mengatakan, penyebab rendahnya kualitas air sungai di Kota Mataram, tidak lepas
dari pola hidup masyarakat yang masih memanfaatkan sungai sebagai tempat
membuang sampah.
Kebiasaan buruk
tersebut disebabkan terbatasnya sarana bak sampah di pinggir jalan atau sungai
dan kendaraan pengangkut sampah rumah tangga.
sudah memiliki
kamar mandi, cuci dan kakus (MCK)
http://www.portalkbr.com/nusantara/nusatenggara/2594961_4265.html
http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1394:inilah-6-program-unggulan-sanitasi-kota-mataram-&catid=46:cerita-lapangan&Itemid=139
http://www.antarantb.com/print/24618/atasi-pencemaran-melalui-program-restorasi-kali
http://mellbao.blogspot.com/2012/06/ruang-terbuka-hijau-atau-mataram-zoo.html
http://sumbawabaratnews.com/?p=5379